7 Januari 2014

Inspirasi

Pengkhobah itu seorang tukang becak…
Kisah inspiratif dari perjalanan Gloria Ministry di Kota Surabaya
tautan


Namanya Anwar….entah Anwar siapa, sang pemilik nama hanya ingin disapa dengan nama yang singkat dan sederhana, “Anwar”.
Anwar sudah lupa kapan tepatnya ia lahir. Namun ia ingat betul kota kelahirannya adalah Blitar, dan tahun lahirnya 1923.

Tiga puluh tujuh tahun yang lalu, Anwar bukanlah seorang pengikut Kristus. Ia pergi meninggalkan istrinya di Malang. Bukan karena tak sayang, tetapi karena ia dikhianati. Dalam kepolosannya Anwar berpikir, lebih baik orang mengira dialah yang berkhianat, dari pada nama sang istri yang tercemar. Maka iapun memilih pergi dari kehidupan istri dan kelima anak yang dikasihinya.


Anwar tiba di Surabaya pada tahun 1976. Di ibukota Jawa Timur inilah dia bertemu dengan Ngatini, seorang perempuan muda yang merantau ke Surabaya untuk menjadi pembantu rumah tangga, namun dijebloskan oleh seorang mucikari ke sebuah tempat lokalisasi terkenal di sana. Ngatini memohon kepada Anwar agar dapat dilepaskan dari kehidupan yang sama sekali tidak diharapkannya itu. Awalnya, Anwar mencoba bernegoisasi dengan “juragan” Ngatini, tetapi karena mahalnya harga yang harus ditebus saat itu, keduanyapun akhirnya melarikan diri ketika ada kesempatan. Mereka menikah dan memulai kehidupan bersama sejak saat itu.

Tak masalah buat Ngatini jika ia harus tinggal di sebuah gubuk kecil yang berdiri di atas area Pemakaman Kristen Kembang Kuning. Yang penting baginya adalah bisa hidup damai bersama dengan suaminya. Sementara, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Anwar mengayuh becak yang disewanya dari orang lain dari pagi hingga petang. Rupiah demi rupiah ia kumpulkan, hingga bisa menyewa sebuah rumah kos yang cukup layak untuk ditempati bersama Ngatini.


Suatu hari, seorang rekan pengayuh becak bernama Sarnam alias Thomas, memberi sebuah buku kecil pada Anwar. Karena tidak bisa membaca, Anwar membuangnya begitu saja. Tetapi Ngatini merasa buku itu terlalu bagus untuk dibuang, meski ia sendiri juga belum tahu apa isinya. Ia lalu mengambil kembali buku tersebut. Ketika mulai membuka lembar demi lambar halaman, tanpa sadar Ngatini menangis. Tetapi dia belum juga mengerti isi bukunya. Maklum saja, pendidikan Sekolah Dasar yang tidak selesai membuatnya tidak mengenal bentuk-bentuk hurup lain selain hurup balok (hurup besar). Iapun memanggil seorang anak untuk membantu membacakan buku tersebut. Setelah selesai dibacakan, Ngatini benar-benar menangis. Namun kali ini ia menangis karena kisah tentang Tuhan Yesus yang ada di buku traktat kecil itu. Itulah saat pertama kalinya Ngatini mengenal siapa Yesus Kristus.

Sejak saat itu pasangan suami istri tersebut mulai pergi ke gereja. Keduanya rindu belajar mengenal Tuhan Yesus. Namun rupanya Tuhan sendiri memperkenalkan DiriNya melalui pengalaman hidup sehari-hari mereka yang sederhana namun unik. Salah satu pangalaman yang sungguh tak terduga adalah ketika disaku Anwar hanya tersisa uang Rp. 5.000 (lima ribu rupiah). Anwar lupa menukar satu-satunya lembar rupiah yang dimilikinya itu saat hendak beribadah. Walhasil ketika pundi persembahan diedarkan kepadanya, ia ikhlaskanlah uang itu seluruhnya diberikan sebagai persembahan untuk gereja. Anwar dan Ngatini sudah pasrah jika hari itu mereka tidak bisa membeli makanan. Tetapi, Tuhan berbicara lain. Anwar menemukan uang delapan ratus ribu rupiah sepulang dari gereja! Pengalaman itu mengubah hidupnya.

Dari uang tersebut, bukan hanya nasi dan lauk-pauk yang bisa dibeli, 2 buah becak-pun dibeli Anwar sebagai modal untuk menghidupi dirinya dan Ngatini. Ia bertekad membarui hidupnya, bukan sekedar perekonomian, tetapi juga kerohaniaannya. Iapun semakin rajin menyisihkan penghasilan dari mengayuh becak untuk membantu teman-teman sesama tukang becak yang miskin. Kiloan beras juga ia beli dan persembahkan kepada para tukang becak yang sudah tua renta. Bersama sang istri, Anwar aktif dalam kegiatan ibadah di gereja. Bahkan ia kerap bersaksi tentang kemurahan Tuhan dalam hidupnya. Tak jarang pula gereja-gereja di Jawa Timur memanggilnya untuk berkotbah. Namun karena ia seorang yang tidak bisa baca tulis, maka setiap kali berkhotbah ia selalu didampingi Ngatini yang bertugas sebagai pembaca Alklitab. Anwar sendiri mengaku selalu mendapat ilham dari Tuhan tentang ayat apa yang harus dikotbahkannya. 

Kini, pengayuh becak berusia 90 tahun ini memiliki 46 becak. Seluruh becaknya itu ia sewakan dengan harga yang sangat murah kepada teman-temannya yang mau bekerja. Meski telah menjadi juragan becak, Anwar tak pernah lalai menyisihkan penghasilannya untuk menolong mereka yang berkekurangan. Bahkan iapun masih berkeliling dengan becaknya dari satu sudut ke sudut yang lain di wilayah Kota Surabaya. Hanya saja, karena menyadari usianya yang sudah senja, Anwar memodifikasi kendaraan operasionalnya itu dengan ditambah mesin penggerak, sehingga ia tidak perlu lagi mengayuh.

Bila suatu saat Anda berkunjung ke Kota Pahlawan, di daerah Pasar Kembang Surabaya, dan Anda bertemu seorang lelaki kurus yang dengan senyum ramah menawarkan becaknya untuk mengantar Anda ke tempat tujuan, mungkin Anda sedang bertemu dengan tokoh dari cerita ini: ia biasa disapa, “Pak Anwar”; seorang anggota jemaat Gereja Cinta Orang Miskin (Gereja COM Surabaya) yang dermawan, ia juga seorang pengkhobah, dan (masih tetap) seorang tukang becak.

Kehidupan yang dilakoni oleh Anwar menghenyakkan bathin kita, bahwa tidak ada satu apapun yang dapat menghalangi pekerjaan Tuhan; tidak juga keterbatasan-keterbatasan kita. Setiap kita yang diciptakan oleh DIA, adalah juga yang terpanggil untuk menyatakan kasih dan kemurahan Bapa bagi sesama. Maka, jangan pernah menjadikan kekurangan dan ketidaksempurnaan kita sebagai alasan untuk menolak menaburkan kasih kepada orang lain yang membutuhkan. Sekecil apapun benih kasih ditaburkan, di tangan Yesus ia akan menjadi pohon berkat yang berbuah dan dapat dinikmati oleh banyak orang. (flo) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tambahkan Komentar :

Kami ingin mendengar Komentar Anda! Tambahkan komentar atau pemikiran Anda untuk berbagi pengalaman pribadi Anda, yang akan membantu orang lain yang tertarik pada artikel ini.

Catatan: Komentar pada halaman ini tidak akan dipublikasikan untuk diskusi umum.

Harap jangan komentari artikel ini jika Anda tidak memiliki pemikiran/pengalaman pribadi dengan artikel ini.

Untuk pertanyaan atau diskusi yang lebih lanjut tentang artikel ini, silahkan posting di Forum Diskusi kami.

Urutan Komentar: Pertama dan seterusnya, Yang Terbanyak, Yang bermanfaat.