![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhP_5REWRUXntR6LdlYFqqiBq6jHEOPxBjVvHTQazcuJInZGzP5F7CfuMMi63M-fpyxcDUPirc55HpiXMykWGADoKd_YFvVIhvRjEH0tsf_4Bw1fB_WrHpqzy4r8TULZR5FHt9FZik_Jr-J/s200/Suku+Anak+Dalam.jpg)
Sebaliknya, ”menjadi bukan siapa-siapa”, bagi orang yang maniak sukses, kalimat itu dihindari sebab dipandang tak ”jelas status hidupnya. Jadi siapa yang peduli?.
Jujur saja, kita sebenarnya adalah manusia biasa. Manusia biasa itu bukan siapa-siapa.
Menyadari diri itu bukan siapa-siapa sebenarnya mengajak kita jujur dengan diri kita sendiri. Bahwa kita ini manusia biasa. Manusia biasa yang bukan siapa-siapa. Dan menjadi manusia bukan siapa-siapa itu bukan hal yang biasa. Alkitab dengan jujur berbicara banyak soal manusia. Maka di Alkitab pula ada banyak macam sifat manusia yang disaksikan secara jujur, salah satu manusia yang tertulis di Alkitab demikian; ”Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan”. Yakobus 5:17